Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mempengaruhi perkembangan ilmu ekonomi, sejalan dengan trilogi revolusi, yaitu pertanian, industri dan terakhir revolusi informasi yang disulut oleh tiga trend makro (digitasi, mobilitas modal dan liberalisasi), salah satunya dampak dari revolusi informasi adalah munculnya konsep Ekonomi Baru atau The New Economy, di mana dalam konsep ini aset tak berwujud menjadi bagian yang sangat penting, diantaranya adalah properti intelektual, SDM unggul, merek/brand dan jejaring/network.
Dampak penerapan Ekonomi Baru ditandai dengan tingginya penetrasi penggunaan IT(Information Technology) dalam proses transaksi bisnis, sehingga konsep tersebut berkembang menjadi Digital Economy, selain itu pengaruh pemanfaatan jaringan teknologi berupa jaringan komputer dan internet diseluruh dunia, serta jaringan fisik antar negara dalam era keterbukaan dan globalisasi, telah melahirkan konsep Network Economy, konsep ini telah memicu pengetahuan para pelaku ekonomi untuk terus berinovasi secara berkesinambungan. Karena itulah akhirnya melahirkan suatu konsep yang disebut Knowledge Economy, yaitu ekonomi yang senantiasa dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh para pelaku ekonomi itu sendiri.
Dengan perubahan paradigma itu, Ekonomi Baru telah menggeser fokus sumber daya manusia di suatu perusahaan, dari pekerja fisik di era industri, menjadi ”pekerja pengetahuan” di era informasi. Persaingan di era ekonomi baru telah berubah secara signifikan, yaitu dari berlomba untuk mendapatkan teknologi yang terbaik untuk menghasilkan lebih banyak, lebih efisien dan lebih murah dalam hal produksi fisik, menjadi berlomba dalam mencari cara untuk memanfaatkan sebaik-baiknya pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki perusahaan secara lebih efisien dari yang dilakukan oleh para pesaingnya. Semakin baik suatu perusahaan dalam memanfaatkan pengetahuan dan informasi yang dimilikinya, maka semakin baik pula kemampuan perusahaan tersebut untuk memenangkan persaingan.
Persaingan antar perusahaan merupakan hal yang wajar terjadi, karena suatu produk yang ditawarkan oleh satu perusahaan sangat dimungkinkan ditawarkan pula oleh perusahaan lain, dengan tipe dan karakteristik yang relatif sama. Apalagi masing-masing perusahaan tersebut tak henti-hentinya berupaya untuk senantiasa meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya. Namun perlu kita ingat, bahwa sumberdaya dan kapabilitas perusahaan sangat dimungkinkan berbeda, satu dengan yang lainnya.
Sebagai perusahaan yang bersaing, adalah wajar apabila mencari tahu tentang keunggulan bersaing apa yang dimilikinya, dibandingkan dengan pesaingnya.
Michael Porter (1985) dalam teori manajemennya memperkenalkan “Five Force” yaitu lima kekuatan yang menjadi ancaman dalam persaingan;
1. Ancaman pertama datang dari pesaing yang menawarkan produk atau jasa dengan karakteristik yang relatif sama bahkan telah cukup lama menjadi kompetitor.
2. Ancaman kedua datang dari pesaing baru yang juga menawarkan produk atau jasa yang relatif sama. Dalam era globalisasi informasi, belum tentu yang dimaksud dengan para pesaing baru adalah perusahaan yang secara fisik datang dari lingkungan geografis lokal, tapi dimungkinkan perusahan pesaing tersebut datang dari negara lain, yang dengan kekuatan teknologinya mampu menawarkan produk atau jasa melalui jalur komunikasi semacam internet.
3. Ancaman ke tiga datang dari perusahaan yang dengan kemampuan sumberdaya dan kapabilitasnya, mampu menawarkan produk atau jasa subtitusi, yang memiliki nilai manfaat yang lebih baik dari produk atau jasa yang dihasilkan perusahaannya.
4. Ancaman ke empat datang dari rekanan yang merupakan supplier (pemasok) bahan-bahan mentah atau bahan baku yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa. Logikanya sangat mudah, jika ada perusahaan lain yang lebih menguntungkan dimata pemasok, tidak menutup kemungkinan pemasok tersebut akan memutuskan pasokannya ke perusahaan, jelas perusahaan akan gulung tikar, karena tidak mendapatkan lagi pasokan bahan baku untuk memproduksi barang atau jasa.
5. Ancaman berikutnya berasal dari para pelanggan sendiri, karena pelanggan memiliki kekuatan yang lebih besar dalam menentukan produk-produk mana yang akan dipilihnya, belum lagi tuntutan pelanggan untuk menuntut pelayanan yang prima dan uniq sebagai konsekuensi logis dari konsep Customers Satisfaction (Kepuasan Pelanggan).
Dari sudut pandang proses bisnis, pengelolaan informasi-informasi tersebut merupakan upaya yang sangat penting, karena kemampuan suatu perusahaan dalam memanfaatkan informasi dan menyampaikan strategi berdasarkan informasi yang telah tersedia, menjadi sebuah alat yang ampuh dalam proses Decision Support System (DSS) atau proses pengambilan keputusan dari aktifitas bisnis tersebut. Raymond McLeod, Jr (2001) berpendapat bahwa penyediaan informasi mengenai keseluruhan kinerja perusahaan bagi para eksekutif, tidaklah mungkin dilakukan secara manual, melainkan harus didukung sepenuhnya dengan sistem komputerisasi yang disebut Computer-Base Executive Information System, para eksekutif dapat membangun Executive Information System (EIS) berdasarkan tiga konsep dasar manajemen, yaitu;
1. Critical Success Factor, dimana para eksekutif senatiasa dapat memantau seberapa baik perusahaan berjalan sesuai dengan tujuan dan faktor-faktor penentu keberhasilan dari perusahaan tersebut.
2. Management By Exeption dimana para eksekutif dapat melakukan tindakan segera, berdasarkan tampilan informasi dilayar komputer, mengenai perbandingan kinerja yang di rencanakan dengan kinerja aktual.
3. Mental Model, dimana para eksekutif membuat penilaian dan perkiraan untuk memahami fenomena yang terjadi melalui Information Compression yang disarikan dari data dan informasi perusahaan, sehingga melalui gambaran atau model mental operasi perusahaan tersebut, memudahkan para eksekutif dalam memutuskan tindakan yang perlu diambil dalam waktu segera.
Edward David (2000) berpendapat bahwa evolusi Sistem Informasi Eksekutif dan DSS telah berkembang menjadi konsep Business Intelligence (Intelejen Bisnis), yaitu suatu cara untuk mengumpulkan, menyimpan, mengorganisasikan, membentuk ulang, meringkas data serta menyediakan informasi, baik berupa data aktifitas bisnis internal perusahaan, maupun data aktifitas bisnis eksternal perusahaan termasuk aktifitas bisnis para pesaing yang mudah diakses serta dianalisis untuk berbagai kegiatan manajemen. Istilah ”Intelejen Bisnis” mengandung arti melakukan kegiatan penyelidikan dalam dunia bisnis dengan menggunakan konsep-konsep dan metode dunia inteljen militer yang diaplikasikan dalam dunia bisnis secara sistematis dan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, serta dilakukan secara terbuka, berbeda dengan istilah ”spionase bisnis” yang kegiatan penyelidikannya dilakukan secara rahasia, ilegal dan tertutup, misalnya pencurian data penting di perusahaan tertentu.
Dengan Business Intelligence, manajemen akan mendapatkan informasi yang berkualitas dari kegiatan bisnisnya secara tepat waktu, akurat dan reliabel melalui saluran komunikasi data, sehingga memudahkan pimpinan perusahaan dalam proses pengambilan keputusan yang penting dan bersifat strategis, seperti tujuan jangka panjang perusahaan, pengembangan perusahaan serta tujuan khusus yang akan dicapai perusahaan, Semakin tinggi tingkat kompetisi antar perusahaan, maka peranan Business Intelligence menjadi semakin penting
Business Intelligence menyakut berbagai aktifitas diantaranya;
•Studi perusahaan pesaing produk sejenis dan strategi memenangkan persaingan.
•Mengelola informasi mengenai data statistik pelanggan potensial, area potensial, kondisi ekonomi, sosial budaya dan politik lingkungan dunia usaha.
•Pengamatan daerah operasi bisnis untuk kepentingan strategis perusahaan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal perusahaan.
•Analisa Pasar mengenai jumlah dan area peredaran produk yang diminati oleh pelanggan, ancaman dan peluang yang ada, masa depan produk, tendensi pasar dll.
Vasant Dhar dan Roger Stein (1997) menggambarkan taksonomi MIS (Management Information System) menjadi dua bagian, yaitu TPS (Transaction Processing System) dan DSS (Decision Support System) kemudian DSS tersebut diuraikan menjadi Model Driven DSS dan Data Driven DSS berdasarkan konsep tersebut, didefinisikan ada tujuh metode untuk mentransfer data korporat ke dalam Business Intelligence, dimana ketujuh metode tersebut merupakan kombinasi antara tindakan dan teknik untuk mengaplikasikan sistem intelejen ke dalam proses pengambilan keputusan dengan Practical Framework (kerangka kerja praktis) untuk menganalisis problem bisnis. Adapun ketujuh metode tersebut, mencakup ;
1. OLAP (OnLine Analytical Processing) and Data Warehousing
2. Genetic algorithms
3. Neural networks
4. Rule-based expert systems
5. Fuzzy systems
6. Case-based reasoning
7. Machine learning
Cliff Nelson (1997) dari PT. Oracle Indonesia menjabarkan prinsip-prinsip Business Intelligence dibangun berdasarkan karakteristik-karakteristik baru, yaitu:
•Keterbukaan,
•
•Ketepatan,
•Saling ketergantungan, dan
•Tipe Data
Keterbukaan
Kemajuan konsep-konsep bisnis seperti E-Commerce, E-Business atau E-Government, menuntut adanya peningkatan nilai keterbukaan informasi, salah satunya disebabkan oleh pemanfaatan World Wide Web (WWW) di dunia internet yang berdampak pada tuntutan bagi para pimpinan perusahaan untuk senantiasa menyajikan dan sekaligus melindungi kepemilikan informasi rahasia perusahaan, melalui aplikasi-aplikasi teknologi yang tepat guna. Selain itu juga dapat membantu manajemen puncak untuk menggunakan Business Intelligence dengan cara tak terbatas dalam menjalankan manajemen bisnis sehari-hari. Hal ini didukung oleh pertumbuhan pelanggan dan pengguna internet di Indonesia yang pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 800.000 pelanggan dan 7.550.000 pengguna, dengan dukungan sekitar 135 ISP (Internet Service Provider) – sumber : APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
Sensitivitas Waktu
Dengan diimplementasikan konsep on-line computing dilingkungan perusahaan untuk mendukung proses bisnisnya, maka kebutuhan akan informasi menjadi bersifat peka waktu (time-sensitive). Seperti inilah yang dituntut oleh seorang pimpinan perusahaan modern untuk mengelola rangkaian entitas bisnis, karena eratnya relevansi waktu dengan informasi operasional yang akurat dalam proses pengambilan keputusan bisnis.
Ketepatan
Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip Business Intelligence dalam sebuah computer network diperlukan ketepatan data atau informasi, baik yang bersumber dari internal maupun dari eksternal perusahaan, sehingga sangat dimungkinkan suatu perusahaan benar-benar dengan mudah mengekstraksi informasi secara on-line dengan tepat, seperti prakiraan penjualan, logistik dan manajemen mata rantai suplai, tingkah laku dan kepuasan konsumen, analisa biaya dan manajemen finansial, perencanaan sumberdaya manusia dan pengembangan produk.
Saling Ketergantungan
Untuk benar-benar efisien dan terdepan dalam persaingan bisnis, para pemimpin bisnis perlu untuk mengikuti perkembangan di sekitar perusahaannya. Bukan hanya perkembangan yang terjadi di dalam perusahaan sendiri, tetapi juga perkembangan di luar perusahaannya, termasuk di dalamnya mitra bisnis, pelanggan dan pemasok. Dengan adanya tingkat ketergantungan tersebut, manajemen puncak perlu menjaga mitra bisnis mereka dalam suatu extended enterprise, yang selalu mengikuti segala gerakan-gerakan strategis yang menentukan arah bisnis.
Tipe Data
Pandangan tradisional, bahwa informasi korporat kebanyakan berbasis teks (text-based) merupakan pandangan yang sudah usang, karena kenyataan yang ada saat ini pangkalan data atau Data Warehousing di suatu perusahaan tidak dibatasi hanya berupa data tekstual, akan tetapi terdiri dari berbagai tipe data dengan format yang berbeda, seperti video, audio, tekstual dan data spasial. Hal ini tentu meningkatkan kekayaan informasi dari manajemen informasi perusahaan dan sejalan dengan tuntutan dalam Business Intelligence, karena keberadaannya telah memperluas batas-batas analisa dan presentasi data untuk mendukung sistem informasi eksekutif, apalagi data multimedia tersebut ditampilkan dengan berbasis internet. Oleh karena itu para desainer Business Intelligence System perlu mewaspadai perkembangan ini, agar Executive information layer dapat memanfaatkan beragam tipe data tersebut dan menggunakannya untuk meyakinkan dalam proses pengambilan keputusannya.
Kesimpulan
Untuk membangun kemampuan perusahaan agar tetap dapat bersaing dalam era manajemen modern, kalangan pebisnis senantiasa harus selalu mencari cara-cara untuk memperbaiki produktivitas dan efisiensi dalam infrastruktur perusahaan, mulai dari front-office sampai back-office, baik dalam kegiatan manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia maupun manajemen keuangan.
Tidak kalah pentingnya konsep Business Intelligence juga dapat diterapkan dalam pengelolaan institusi pendidikan tinggi, sebagai contoh program EPSBED (Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri) yang terapkan oleh Kopertis dan Dikti bagi PTS dan PTN, ini merupakan upaya awal untuk membangun Data Warehousing Pergurruan Tinggi (PT), sehingga Data Warehousing tersebut dapat dimanfaatkan, baik oleh internal PT maupun oleh pihak ekternal dari PT tersebut, untuk kemudian dianalisis dan dijadikan rujukan dalam proses pengambilan keputusan strategis PT.
Business Intelligence berguna pula untuk meninjau bagaimana informasi internal dan informasi eksternal institusi atau perusahaan secara autentik, sehingga dapat menggerakkan strategi-strategi bisnis, melaui proses pengambilan keputusan yang handal, baik ketika melakukan perencanaan, pengorganisasian maupun pada tahap implementasi dan pengendalian, sehingga institusi atau perusahaan mampu memenangkan persaingan bisnisnya di era manajemen.
Jumat, 18 Desember 2009
Senin, 14 Desember 2009
sistem informasi manajemen
sim adalah sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan serupa. tujuan dari SIM yaitu untuk memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam sub unit organisional perusahaan.....
Adapun tujuan Sistem Informasi Manajemen adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan (usefulness)
2. Ekonomi (Economic)
3. Keandalan (Reability)
4. Pelayanan Pelanggan (Customer Service)
5. Kesederhanaan (Simplycity)
6. Fleksibel (Fleksibilty)
Adapun tujuan Sistem Informasi Manajemen adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan (usefulness)
2. Ekonomi (Economic)
3. Keandalan (Reability)
4. Pelayanan Pelanggan (Customer Service)
5. Kesederhanaan (Simplycity)
6. Fleksibel (Fleksibilty)
Langganan:
Postingan (Atom)